Minggu, 23 Januari 2011

untuk ibu

Durhaka kepada kedua orang tua adalah sumber kecelakaan bagi seorang anak! Di dunia dan Akhirat. Bagaimana dengan durhaka kepada ibu?

Melihat perjalanan seorang anak, beban dan tanggung jawab seorang ibu sangat berat. Sejak dalam kandungan, se¬orang ibu telah berjuang mati-matian untuk menjaga dan me¬me¬li¬hara sang bayi. Ketika melahirkan, seorang ibu melakoni perjuangan berikutnya untuk menyelamatkan sang bayi agar sampai kepada kehidupan dunia. Perjuangan antara hidup dan mati. Bahkan, seorang ibu tidak lagi memperdulikan ke¬adaan¬nya sendiri. Yang menjadi perhatian utamanya adalah menyelamatkan sang jabang bayi. Tanggung jawab berikutnya yang harus diemban seorang ibu adalah menyusui sang anak hingga dua tahun. Sungguh indah pengabaran Al-Quran atas perjuangan seorang ibu. Allah Ta’ala berfirman, “Kami perin¬tah¬kan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan me¬lahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tigapuluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang te¬lah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai; berilah ke¬baikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Al-Ahqaf [46] : 15).
Dalam Islam, konsep berbakti kepada ibu lebih didahulu¬kan daripada kepada ayah. Hal ini menilik betapa berat per¬juangan seorang ibu dalam kehidupan seorang anak, sejak usia janin hingga batas waktu yang tak terbatas. Abu Hurairah a berkata, ‘Seseorang pernah datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus ber¬bakti pertama kali?’ Nabi saw. menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau men¬jawab, ‘Ibumu!’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemu¬dian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Bapakmu.’ (HR. Bukhrai dan Muslim).
Imam Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair berkata, “Ibu¬mu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu dari teteknya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikannmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusa¬han yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras.”
Maka, sungguh merugi bagi siapa saja yang berbuat durhaka kepada ibu. Sungguh celaka orang yang tidak tahu balas budi. Seungguh keterlaluan bagi siapa saja yang menyia-nyiakan ibunya. Sungguh sengsara bagi siapa saja yang mene¬lantarkan ibunya.
Dalam buku ini, penulis menguraikan dengan begitu mendetail prihal larangan durhaka kepada orang tua dan keutamaan berbakti kepada keduanya. Di bagian terakhir, penulis memberikan sejumlah kiat jitu bagaimana seorang anak berbakti kepada ibu. Semoga, dengan hadirnya buku ini lebih mempermudah kita dalam menunaikan kewajiban anak untuk berbakti kepada ibu, guna meraih ridha Allah. Jadikan baktimu kepada ibu sebagai kunci masuk surga.
semoga kita memikirkan..........

Tidak ada komentar: